|
Barack Obama, Wanita Pertama Michelle Obama , dan anak perempuan mereka Malia menemui Malala, di Rumah Putih pada 11 Oktober, 2013. |
TEMPO.CO, Islamabad - Khabar tentang tertembaknya seorang gadis berumur 14 tahun asal Pakistan pada 9 Oktober 2012, Malala Yousafzai, telah membuat kehebohan di berbagai penjuru dunia. Namun siapakah sebenarnya gadis ini?
Gadis yang lahir pada 12 Juli 1997 ini adalah seorang siswa yang berasal dari Kota Mingora, Kabupaten Swat, Provinsi Khyber-Pakhtunkhwa, Pakistan. Ia merupakan seorang aktivis muda yang ingin memperjuangkan dan memajukan hak wanita dalam bidang pendidikan.
Malala tinggal dan bersekolah di lingkungan yang dikuasai oleh Taliban, sebuah grup militan yang ingin menerapkan hukum syariah di Pakistan. Taliban, yang dideskripsikan sebagai salah satu grup militan paling berbahaya di Pakistan, melarang perempuan bersekolah. Mereka bahkan memaksa agar sekolah-sekolah perempuan ditutup. Jika tidak, mereka akan menghancurkan sekolah-sekolah tersebut. Hal ini menarik Malala untuk memperjuangkan hak pendidikan para perempuan.
Ziauddin Yousafzai, ayah Malala, memiliki sebuah sekolah privat untuk perempuan berumur 14 tahun. Namun, pada 2009, Taliban membuat sebuah keputusan yang menyatakan bahwa perempuan harus berhenti sekolah. Ziauddin terpaksa membawa dirinya dan keluarganya bermalam di tempat yang berbeda-beda setiap hari agar ia bisa melindungi keluarganya dari serangan Taliban. Ziauddin juga dikenal sebagai aktivis Pakistan.
Pada awal 2009, Abdul Hai Kakkar, seorang wartawan BBC Urdu, bertanya kepada Ziauddin apakah ada muridnya yang ingin menulis tentang kehidupan di bawah perintah Taliban. Aisha, seorang muridnya, dipilih oleh Ziauddin dan sempat menulis beberapa kali.
Sayangnya, tak lama kemudian, orang tua Aisha melarangnya menulis lagi. Ini membuat Malala terpilih untuk menjadi pengganti Aisha, walau saat itu ia baru berumur 11 tahun.
Tulisan-tulisan Malala, yang dimulai pada 3 Januari 2009, menarik perhatian dari seluruh penjuru dunia. Ia menulis dengan tangan sendiri tentang apa yang terjadi di sekitarnya.
Dalam setiap tulisannya, ia menceritakan lingkungan hidupnya yang berada di tengah perang, tapi tetap mengharapkan datangnya kedamaian suatu saat nanti. Malala juga meyakini Taliban tak akan bisa menghentikan setiap perempuan untuk mengenyam pendidikan.
Untuk menjaga keamanan Malala, dalam setiap tulisannya dicantumkan nama “Gul Makai” yang berarti bunga jagung dalam bahasa Urdu. Pada 12 Maret 2009, Malala berhenti menulis dan tak lama kemudian Malala dan ayahnya ditawari Adam B. Ellick, wartawan New York Times, untuk membuat sebuah film dokumenter.
Pada 25 Oktober 2011, Malala diberi nominasi dalam penghargaan “International Children’s Peace Prize” oleh Desmond Tutu, seorang aktivis asal Afrika Selatan. Dua bulan kemudian, pada 19 Desember 2011, gadis ini diberi penghargaan “Pakistan’s National Youth Peace Prize” oleh Perdana Menteri Yousaf Raza Gilani.
Perjuangan Malala Yousafzai telah membuka mata banyak orang akan berharganya hak wanita. Ia merupakan seorang gadis yang membuka jalur untuk harapan yang lebih baik. -
Sumber
7 comments:
Post a Comment