HUBUNGAN MUSLIM NUSANTARA DENGAN TIMUR TENGAH
MISTERI Sahabat RASULULLAH, yang pernah berdakwah di Kerajaan SRIWIJAYA?
Pada sekitar tahun 628 M, penguasa Sriwijaya kedatangan utusan dari Tanah Arab, bernama Akasyah bin Muhsin al-Usdi. Akasyah diutus oleh Nabi akhir zaman, Muhammad Rasulullah, untuk menyampaikan dakwah Islam, kepada Penguasa Sriwijaya.
Utusan Rasulullah ini, mendapat sambutan yang baik, oleh Penguasa Sriwijaya ketika itu. Salah satu alasannya, Islam adalah ajaran monotheisme, yang memiliki kemiripan dengan keyakinan yang dianut sebahagian bangsawan Sriwijaya.
Keyakinan Monotheisme di Kerajaan Sriwijaya, dikenal sebagai Ajaran Braham (ajaran monotheime peninggalan Nabi Ibrahim). Keberadaan ajaran Braham pada saat itu, boleh terliihat pada catatan Fa Xian/Fa Shien sepulang dari India di era tahun ke-7 Kaisar Xiyi (411M)…
“Kami tiba di sebuah negeri bernama Yapoti (Jawa dan atau Sumatera) di negeri itu Agama Braham sangat berkembang, sedangkan Buddha tidak seberapa pengaruhnya.“
SURAT RAJA SRIWIJAYA UNTUK KHALIFAH UMAR.
Sri Indrawarman atau Sri Maharaja Indra Warmadewa merupakan seorang maharaja Kerajaan Sriwijaya. Dalam catatan orang Cina, ia dikenal dengan shoioebutan Shih-li-t-’o-pa-mo.
Tidak ada prasasti yang dikeluarkan raja ini yang membuatkan pengkajian terhadap Sri Indrawarman ini mengalami kesukaran.
Petunjuk tentang keberadaan raja ini hanya berasal dari surat yang dibuat atas titahnya yang diperuntukkan kepada Umar bin Abdul Aziz, seorang khalifah dari Bani Umayah, dan kronik Cina.
Disebutkan dalam surat bertarikh 718 M tersebut bahawa surat itu dikirim dari seorang Maharaja yang memiliki ribuan gajah, memiliki rempah-rempah dan wewangian serta kapur barus, dengan kotanya yang dilalui oleh dua sungai sekaligus untuk mengairi lahan pertanian mereka dan menghantarkan hadiah buat khalifah Umar itu.
Ada pun kronik Cina menyebutkan Shih-li-fo-shih dengan rajanya Shih-li-t-’o-pa-mo pada tahun 724 M di mana raja bersangkutan mengirimkan hadiah buat kaisar Cina, berupats’engchi (zanji dalam bahasa Arab.
Kerana kekurangan data yang sangat minimum ini, kita tidak boleh memastikan tahun berapa raja ini lahir, memerintah, dan meninggal. Yang jelas, ia pernah menduduki takhta Sriwijaya pada abad ke-8.
Surat-surat kepada Dua Khalifah Bani Umayyah
Ada berita yang sangat menarik mengenai seorang maharaja dari Sriwijaya yang mengirimkan dua buah surat kepada dua raja dari sebuah khalifah Islam yang sama (Bani Umayyah), iaitu Muawiyah (661 M / 41 H) dan Umar bin Abdul Aziz (717-20 M / 99-102 H).
Terjemahan pembukaan surat yang ditujukan untuk Khalifah Mu’awiyah dari Maharaja Sriwijaya kurang lebih seperti berikut.
Dari Maha Raja, yang istalnya berisi ribuan gajah, istananya berkilau emas dan perak, dilayani oleh ribuan puteri raja, yang menguasai dua sungai yang mengairi gaharu – untuk Muawiyah.
Sementara surat kedua—yang terdokumentasikan dalam buku tulisan Ibnu Abdul Rabbih(860-940 M) berjudul Al Iqd al Farid (“Kalung Istimewa”)—isinya lebih lengkap kerana di dalamnya terdapat pembukaan dan isi,
Berikut surat dari Maharaja Sriwijaya kepada Khalifah Umar bin Abdul.
Dari Raja sekalian para raja yang juga adalah keturunan ribuan raja, yang isterinya pun adalah cucu dari ribuan raja, yang kebun binatangnya dipenuhi ribuan gajah, yang wilayah kekuasaannya terdiri dari dua sungai yang mengairi tanaman lidah buaya, rempah wangi, pala, dan jeruk nipis, yang aroma harumnya menyebar hingga 12 mil.
Kepada Raja Arab yang tidak menyembah tuhan-tuhan lain selain Allah. Aku telah mengirimkan kepadamu bingkisan yang tak seberapa sebagai tanda persahabatan. Kuharap engkau sudi mengutus seseorang untuk menjelaskan ajaran Islam dan segala hukum-hukumnya kepadaku.
Ibnu Taghribirdi dalam bukunya al Nujum al Zahirah fi Muluk Misr wa al Qahirah(“Perbintangan Terang Raja Mesir dan Kairo”) mempunyai tambahan untuk akhir surat kepada Khalifah Umar tersebut:
“Saya mengirim hadiah jebat (musk), batu ratna, dupa dan barus. Terimalah dari saudara Islammu.”
Diperkirakan surat di atas diterima Khalifah Umar bin Abdul Aziz sekitar tahun 100H atau 717 M, di mana Srwijaya tengah dirajai oleh Sri Indrawarman. Walau dalam surat itu bertulis “saudara Islammu” namun belum ada bukti peninggalan bahwa Sri Indrawarman sendiri (pernah) memeluk Islam.
Khalifah Umar bin Abdul-Aziz sendiri kemungkinan besar memberikan hadiah untuk utusan Sriwijaya dan mereka kembali dengan membawa hadiahzanji
(budak wanita berkulit hitam).
Membaca surat Maharaja Siwijaya tersebut membuat kita semakin yakin bahwa sang maharaja sangat percaya diri dan penuh rasa keingintahuan mengenai segala perkembangan dunia internasional kala itu.
salah satunya agama Islam yang baru muncul seabad pada waktu itu. kerana, sebagaimana dimaklumi, bahwa para pelaut dan pedagang Sriwijaya (dan Nusantara lainnya) telah menjalin hubungan perniagaan dengan pedagang Timur Tengah, India, dan Cina, dengan Selat Melaka sebagai jalur sutera.
Ada satu hal lain yang boleh disimpulkan dari adanya surat-surat Sri Indrawarman kepada dua khalifah Bani Umayyah tersebut, yakni persentuhan orang Sriwijaya (Melayu) dengan ajaran Islam.
Selain sumber Arab yang ditulis oleh Ibn Hordadzbeh sejak tahun 844-848 M mengenai Sriwijaya, surat-surat tadi mencerminkan betapa Islam telah dikenal, setidaknya, oleh raja Sriwijaya pada abad ke-8, lima abad sebelum Kerajaan Samudra Pasai berdiri di hujung barat Sumatra.
Di sini timbul dugaan bahwa terdapat kemungkinan bahwa setidaknya, sejak abad ke-8 M, ada sejumlah rakyat Sriwijaya (Sumatra) yang telah memeluk Islam walau dalam jumlah yang sangat kecil—selain pedagang-pedagang Arab dan Persia yang bermukim, baik untuk sementara atau seterusnya, di pesisir-pesisir utara Sumatra.
Dan bila memang demikian, maka bukan hal mencengangkan jika penduduk Sumatra (Melayu) telah lebih dulu memeluk Islam jauh sebelum Wali Songo menyebarkan ajaran tersebut di Jawa.
0 comments:
Post a Comment