Klik Sini Untuk Besarkan Ruangan Chat



Adolf Hitler Lari Bersembunyi Dan Mati Di Indonesia?









Adolf Hitler siapa yang tidak kenal dengan Hitler. Aldolf Hitler adalah politisi Jerman dan ketua partai Nazi. Hitler merupakan orang yang pernah menghebohkan dunia dan membuat dunia kacau hingga meletusnya perang Dunia II. Dia menjabat sebagai Kanselir Jerman sejak tahun 1933 hingga 1945 dan diktaktor Jerman Nazi pada tahun 1934 hingga 1945. Hitler manjadi tokoh utama Nazi Jerman pada perang Dunia II.

Dari sekian banyak informasi tentang kematian Adolf Hitler tidak ada satupun informasi yang menyebutkan secara jelas apa penyebab kematian sang diktaktor nazi ini. Bagaimana sebenarnya akhir dari perjuangan pemimpin partai Nazi ini. Apakah benar Hitler dan istrinya Eva Braun bunuh diri setelah minum racun sianida. Lantas bagaimana hasil otopsi pihak Amerika ketika tengkorak Hitler di pamerkan pada tahun 2000 lalu ternyata adalah tengkorak seorang wanita.



Banyak para ahli sejarah yang meragukan kebenaran kematian Hitler karena racun di tahun 1945 tersebut. Bahkan akhir-akhir ini beredar informasi jika Adolf Hitler dimakamkan di Surabaya dan sebelum kematiannya Hitler telah memeluk agama islam. Bahkan Walikota Surabaya Tri Rismaharini mengaku sudah mendapatkan informasi tersebut dan masih bingung dengan kebenaran kabar tersebut.

Makam tokoh diktaktor asal jerman tersebut disebut-sebut berada di sebelah barat Pusara Soetomo atau Bung Tomo, Tokoh perang 10 November di Surabaya di TPU Ngagel. Kata Ibu Risma di pusara yang diduga sebagai makam Hitler tersebut tertulis nama dokter Poch asal Jerman. Seorang dokter yang pernah bekerja di RSUD dr Soetomo Surabaya.


Bukti Adolf Hitler di Indonesia




Banyak orang bertanya-tanya bagaimana cara Hitler sampai ke Indonesia dan menjadi WNI. Bagaimana bisa dia bekerja sebagai dokter dan sampai pertemuan Hitler dengan wanita sunda yang akhirnya menjadi isterinya. Keberadaan Hitler di Indonesia juga diperkuat oleh pengakuan dr Sosro Husodo yang pernah bertemu dengan Hitler di Sumbawa besar, dan semuanya itu dilengkapi dengan berbagai bukti pendukung seperti foto-roto yang akurat.

Hitler masuk ke Indonesia pada tahun 1954 dengan menggunakan nama palsu yaitu Dokter Poch. Pada awalnya dokter Poch tinggal di Dompu lalu pindah ke Bima, selanjutnya pindah ke kabupaten Sumbawa Besar yang kemudian bekerja di Rumah sakit Sumbawa Besar. Semua masyarakat kenal dengan dokter yang memiliki julukan Dokter Jerman tersebut.



Salah satu peninggalan Hitler di Indonesia adalah buku catatan kecil berwarna coklat. Didalam buku kecil tersebut tercatat nama-nama teman dan kolega Hitler yang sama persis dengan yang ada di sejarah Eropa. Demikian pula dengan tulisan tangan yang ada di buku tersebut, sangat mirip sekali dengan tulisan tangan Hitler. Buku tersebut mempunyai arti yang sangat bersar karena buku tersebut merupakan bukti autentik jika dokter Poch adalah Hitler.

Dokter Poch menikah dengan Sulaesih dan memeluk islam pada tahun 1964. Aris Zulkarnaen, salah satu saksi keberadaan dokter Poch mengatakan jika dokter Poch mempunyai 2 kepribadian yang bertolak belakang, yaitu pemarah dan suka bercanda. Kata Aris yang paling menonjol dari doter poch adalah ketika menyetir mobil, pada saat itu jalan di Sumbawa belum sebagus sekarang, namun dokter tersebut dapat menyetir dengan satu jari, sungguh luar biasa, hal itu membuktikan jika dokter tersebut adalah mantan tentara. Masyarakat di sekitar juga memperkirakan jika dokter Poch adalah mantan tentara Nazi.



Dokter Sosro yang juga pernah bertemu dengan dokter poch menceritakan jika dokter poch tidak bisa berjalan normal. Dia selalu menyerat kali kirinya saat berjalan, kemudian tangan kirinya selalu bergetar. Menurut dokter Susro, dokter Poch sangat misterius, dia tidak memiliki lisensi untuk menjadi dokter, bahkan dia sama sekali tidak memiliki keahlian tentang kesehatan.

Dokter Sosro pernah memeriksa tangan kiri Poch yang selalu bergetar, saat menanyakan kapan gejala ini mulai terjadi, Poch kemudian bertanya kepada istrinya yang kemudian dijawab "Ini terjadi ketika Jerman kalah dipertempuran dekat Moskow, saat itu Goebbels mengatakan padamu jika kamu (Hitler) memukuli meja berkali-kali". Goebbels sendiri adalah Joseph Goebbe menteri propaganda Jerman yang dikenal sangat loyal kepada Hitler. Kata dokter Sosro istrinya poch juga sering memanggil suaminya dengan panggilan "Dolf" yang diduga pendekatan dari "Adolf Hitler".

Pengakuan Dokter poch kepada Sulaesih istrinya jika dia adalah memang Adolf Hitter yang sebenarnya, juga merupakan bukti jika Hitler benar-benar ada di Indonesia. Terdapat pernyataan Stanlin, bahwa yang tewas di Bunker di Jerman tersebut bukanlah Hitler asli dan dibagian akhir ini juga menceritakan akhirnya sang diktaktor tersebut meninggal di Indonesia.

Keberadaan Hitler di Indonesia juga semakin diperkuat ketika konfrensi Postdam tahun 1945, Stanlin menyatakan bahwa mayat Hitler tidak ditemukan, Stanlin menduga Dewa Nazi ini lolos dan kabur ke Amerika latin atau Spanyol. Dan tak lama kemudian ada kabar jika Hitler kabur menggunakan kapal selam ke sebuah pulau, namun tidak ada yang tahu pulau mana yang di tuju Hitler.

Dunia internasional tidak menyadari jika ternyata Dewa Nazi ini bersembunyi dengan aman di Sumbawa besar dan meninggal di Surabaya. Jasatnya di makamkan di pemakaman umum muslim di Ngagel.


Berbagai versi tentang kematian Hitler




Versi yang paling populer menyebutkan bahwa Hitler tewas bunuh diri dengan cara menembak dirinya sendiri dan minum racun sianida pada 30 April 1945, saat Jerman diduduki oleh Uni Soviet.

Meski sejumlah ahli sejarah ragu Hitler menembak dirinya, dan menduga hal itu hanyalah propaganda Nazi untuk menjadikan Hitler sebagai pahlawan.

Namun, lubang pada potongan tengkorak itu tampak menguatkan argumen tersebut ketika tengkorak itu dipamerkan di Moskow tahun 2000. Bagaimana dan kapan Hitler meninggal sekarang ini masih diselimuti misteri.

Dapat dijumpai penjelasan tentang penyebab dan kapan Hitler mati dari beberapa versi. Ada kematian versi Jerman, versi Rusia, dan versi para peneliti atau ilmuwan.

Versi Jerman, seperti yang diceritakan oleh Flegel, salah satu perawat Hitler dan petinggi Nazi lainnya saat di dalam bunker.

Versi Rusia, yang dinyatakan oleh seorang pejabat tinggi dinas rahasia Rusia, KGB, yang mengklaim, bahwa Adolf Hitler mengakhiri hidupnya tidak dengan menembak dirinya sendiri, tetapi dengan meminum racun sianida.

Seperti yang dinyatakan oleh Letnan Jenderal Vasily Khristoforov, staf arsip untuk dinas keamanan FSB Rusia, “Paramedia militer Uni Soviet kala itu telah memastikan bahwa Hitler dan Eva Braun tewas setelah minim racun sianida pada 30 April 1945.”

Versi para ilmuwan, terakhir adalah menurut pendapat umum dalam hal ini diwakili oleh para ilmuwan. Sudah lama sebenarnya para ilmuwan dan ahli sejarah menyatakan bahwa potongan tengkorak yang telah diambil dari luar bunker Hitler oleh tentara Rusia dan selama ini disimpan intelijen Soviet itu akan menjadi bukti yang meyakinkan bahwa menembak dirinya hingga tewas setelah minum pil sianida pada 30 April 1945.

Akhirnya dilakukan analisis DNA terhadap potongan tengkorak itu oleh peneliti Amerika, dan mereka menyatakan, “kami tahu tengkorak itu berhubungan dengan seorang perempuan berusia antara 20 dan 40 tahun,” kata ahli arkelogi Nick Bellantoni dari Universitas Connecticut, AS, dikutip dari Dailymail.

“Tulang itu kelihatan sangat tipis, tulang tengkorak laki-laki cenderung lebih kuat. Dan persambungan di mana lempengan tengkorak itu menyatu tampak berhubungan dengan seseorang yang berusia kurang dari 40 tahun. Hitler pada April 1945 berusia 56 tahun.“

Dengan adanya hasil tes DNA tersebut, berarti sejarah kematian Hitler menjadi sebuah misteri kembali, dan para ahli teori konspirasi harus memikirkan kembali kemungkinan-kemungkinan lain tentang kematian Hitler, seperti mungkin saja Hitler tidak mati dalam bunker.


Akhir Cerita….

Kematian Diktator Jerman, Adolf Hitler yang diyakini tewas bunuh diri di sebuah bunker, pada tanggal 30 April 1945 di Berlin, tetap masih dipertanyakan dan menjadi misteri.

Siapa yang menyaksikan peristiwa di bunker saat Hitler bunuh diri? Tidak ada, sumber cerita tersebut hanya dari mulut ke mulut. Dan pada saat itu, walaupun tidak ada saksi dan bukti yang jelas, pihak sekutu tetap mengumumkan secara resmi bahwa Hitler dan istri, Eva Braun telah meninggal.

Kebanyakan bekas tentara Nazi pindah dan kabur ke negara-negara di daerah Amerika Selatan seperti Brasil dan Argentina.

Sedangkan Hitler kabur bukannya ke negara Amerika Selatan, melainkan ke Indonesia lewat Italia, ia memilih Indonesia karena sejak dulu Indonesia tidak ada hubungan diplomatik dengan Israel. Selain itu pada masa lalu di zaman kepemimpinan Soekarno, Indonesia sangat tidak menyukai imperialisme yang dipelopori oleh Inggris dan Amerika.

Memang selama ini Hitler diduga kuat melarikan diri ke suatu negeri di selatan. Salah satu lokasi yang disebut-sebut sebagai tempat persembunyiannya adalah Indonesia, yang diyakini juga oleh Prof. Arysio Santos (Pakar Fisika Nuklir dan Geolog Brazil) sebagai ‘Atlantis yang hilang’.

Legenda Atlantis dekat dengan agama Nazi, oleh sebab itu sejak lama Hitler memang mencarinya. Di Indonesia pula, Madame Blavatsky yaitu Guru Okultis Hitler, juga tinggal di Indonesia. Namanya dulu diabadikan sebagai nama jalan, kini diganti menjadi Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, di mana Loji Freemason ‘Bintang Timur’ pernah berdiri.



Ditambah lagi dengan adanya sebuah makam misterius di Surabaya diyakini sebagai makam Adolf Hitler. Berbagai petunjuk memang mengarah ke sana. Terlebih Brandenburgers Codex, sebuah manuskrip berbahasa Jerman kuno, ditemukan dan mengindikasikan jika Hitler memang melarikan diri ke Indonesia.

Jadi, bukan tidak mungkin Hitler mati di Indonesia. Karena Indonesia dianggap tempat yang aman, bagi Hitler. Silahkan siapa pun untuk menemukan jawaban yang sesungguhnya. (Ir KGPH Soeryo Goeritno, Msc.,Penulis Buku/icc.wp.com/dan berbagai sumber lain)




Paparan yang menarik dan akan semakin menarik lagi adalah membaca buku karangan Ir KGPH Soeryo Goeritno, Msc yang berjudul Rahasia Yang Terkuak "Hitler Mati di Indonesia"

Meski tak pernah menyangka bahwa Poch adalah Hitler, Aries mengaku masyarakat memperkirakan dia mantan tentara Nazi.

“Dia sangat enerjik, kelihatan sekali tentaranya. Warga saat itu sudah mengira dia mantan tentara NAZI,” jelas dia.


Sebelumnya, di Harian Pikiran Rakyat pada tahun 1983 terdapat sebuah artikel tentang Hitler. Penulisnya bernama dr Sosrohusodo, dokter lulusan Universitas Indonesia yang pernah bertugas di kapal yang dijadikan rumah sakit bernama ‘Hope’ di Sumbawa Besar.

Dr Sosrohusodo menceritakan pengalamannya bertemu dengan dokter tua asal Jerman bernama Poch di Pulau Sumbawa Besar tahun 1960. Poch adalah pimpinan sebuah rumah sakit terbesar di pulau tersebut. Orang itu diduga Hitler.

Bukti-bukti yang diajukan Sosrohusodo, adalah bahwa dokter tersebut tak bisa berjalan normal. Dia selalu menyeret kaki kirinya ketika berjalan.


Makam Dr Poch di Surabaya sering dilawati




Namun kisah lain muncul soal keberadaan Hitler, sang pemimpin Nazi Jerman. Beberapa tahun belakangan ini memang tersebar informasi, Hitler melarikan diri ke Indonesia dan menggunakan nama samaran. U-Boat menjadi alat dia untuk melarikan diri ke Indonesia.

Sebuah makam warga ekspatriat di Makam Islam Ngagel Rejo sering dikunjungi mahasiswa dari luar Pulau Jawa. Makam tersebut tertulis nama DR.G.A.Poch yang selama ini disebut-sebut sebagai Hitler, tokoh Nazi Jerman. Benarkah?

Makam berpagar besi setinggi 1 meter ini terletak di pojok selatan makam. Area ini satu lokasi dengan makam pahlawan pergerakan Surabaya Bung Tomo.

Pada batu nisan, tertulis nama DR.G.A.Poch dan tanggal wafat 16-01-1970. Sementara tanggal lahir dikosongi.


Ada banyak pengunjung dari luar Jawa, ada juga dari Jakarta, Bandung, Bogor. Terakhir 2 bulan yang lalu ada seorang mahasiswa dari Medan yang datang berziarah di makam DR.G.A.Poch," kata Mulyono (50) seorang penjaga makam Islam Ngagel Rejo, Rabu (.

Mahasiswa yang datang berziarah, lanjut dia, membawa banyak kisah. Mulai dari sejarah Hitler yang sengaja mengubah namanya dengan nama palsu G.A.Poch. Mahasiswa itu menduga bahwa DR.G.A.Poch tak lain adalah Hitler. Tak hanya itu saja, sang mahasiswa juga bercerita soal sejarah Hitler yang pernah besembunyi di Sumbawa.

"Yang berkunjung ke makam DR.G.A.Poch banyak yang mengira makam ini adalah salah satu tempat wisata. Namun mereka (peziarah) juga terlihat agak kecewa, ternyata makam DR.G.A.Poch hanya seluas ini," tutur dia.

Menurut pantauan detik.com, makam DR.G.A.Poch berukuran 2x1 meter di blok 50 D. Makam bernomor CC.258 ini bersih dan terawat. Penjaga makam menuturkan, makam tersebut memang sudah berpagar besi sejak dulu.


Sementara menurut buku catatan harian Makam Islam Ngagel Rejo, DR.G.A.Poch benar wafat dan dimakamkan pada tanggal 16 Januari 1970. Juga tertulis bahwa Poch meninggal karena sakit dan setelah dirawat di RSU Dr Soetomo atau sering disebut RSU Karangmenjangan Surabaya.

"Nama yang tertulis di buku catatan harian makam ya DR.G.A.Poch, kami nggak tahu apakah dia itu Hitler," ujar Edi Suherman, Kepala Cabang Makam Islam Ngage; Rejo Jalan Bung Tomo.

2 comments:

Post a Comment

Gambar Petani Di Palestin Walau Diancam Perang

Tentera pendudukan “Israel” sering menembak dan melukai petani-petani  Palestin di timur Rafah, selatan Gaza, sungguh pun diancam nyawa, petani-petani tersebut tetap terus mengerjakan ladang-ladang mereka demi kelangsungan hidup.








Petani-petani memetik dan mengasingkan buah zaitun






Ladang Bayam









Ladang mereka diracuni oleh tentera Israel


Ladang Mentimun / Tembikai



Remaja Palestin diancam oleh tentera Israel




0 comments:

Post a Comment

Bumi Gaza Sebelum Perang

Sebelum perang ternyata Gaza Kota tersangat indah.












0 comments:

Post a Comment

Misteri Kematian Marilyn Monroe Terbongkar







Kematian bintang hollywood Marilyn Monroe telah memberikan lebih 50 tahun yang penuh dengan spekulasi liar tentang bagaimana bintang tersebut menemui ajalnya. Dua orang penulis tersohor mendakwa mereka telah meletakkan semua spekulasi tersebut ke penghujungnya dengan bukti yang menunjukkan Bobby Kennedy telah merancang pembunuhan ikon tersebut.

Kematian Marilyn Monroe pada 4 Ogos, 1962 bukan disebabkan oleh membunuh diri tetapi pembunuhan yang dirancang oleh Bobby Kennedy bertujuan menutup mulut Marilyn yang bercadang untuk mendedahkan rahsia-rahsia kotor keluarga Kennedy yang ditulis olehnya dalam sebuah diari berwarna merah. Dan Bobby tidak bertindak sendirian. Beliau mempunyai pembantu dalam pembunuhan tersebut iaitu abang iparnya, pelakon Peter Lawford dan doktor psikitari Marilyn, Dr. Ralph Greenson yang memberikan suntikan maut ke jantung bintang tersebut.

Itu semua merupakan dakwaan yang diperincikan di dalam sebuah buku yang ditulis oleh Jay Margolis, seorang wartawan penyiasatan yang berpengalaman dan Richard Buskin, seorang penulis terlaris New York Times dengan penerbitan 30 buah buku kisah benar. Naskah tersebut yang berjudul The Murder of Marilyn Monroe: Case Closed (Pembunuhan Marilyn Monroe: Kes Ditutup) dikatakan telah mengejutkan dunia dengan keterangan dan temu bual dari saksi di tempat kejadian pada masa itu.



“Bobby Kennedy memang berazam untuk menutup mulut Marilyn, tanpa mengira apa akibatnya”, dedah Peter Lawford, menurut penulis, yang berasa bersalah di atas pembunuhan bintang itu. “Ia adalah perkara paling gila yang pernah dia lakukan – dan saya juga sama gila sepertinya kerana membenarkan itu terjadi.” Ia merupakan satu pembunuhan yang yang didakwa disaksikan oleh atendan ambulan James C. Hall, yang tiba ke rumah bintang filem tersebut dan ternampak psikiatri Marilyn, Dr. Greenson menyuntik Marilyn terus ke jantungnya dengan cecair pentobarbital, dan dengan kejam mematahkan tulang rusuk dengan jarum tersebut.

Doktor tersebut telah dihantar oleh Bobby bagi ‘menguruskan’ Marilyn. Bobby Kennedy terlibat dengan hubungan seksual secara sulit bersama Marilyn pada musim panas dalam tahun 1962 ketika dia dihantar ke Los Angeles oleh abangnya, John F Kennedy (JFK) bagi menyakinkan bintang layar perak itu supaya berhenti menghubungi Presiden tersebut di Rumah Putih. Presiden tersebut, JFK tidak akan menceraikan isterinya Jackie hanya untuk mengahwini Marilyn.



Walau bagaimanapun, Bobby, seperti kebanyakan lelaki lain pada waktu itu, telah terpesona dengan bintang seksi tersebut dan berakhir di bilik tidur bersama Marilyn. “Ia bukan niat Bobby, tetapi petang itu mereka telah menjadi sepasang kekasih dan menghabiskan malam itu bersama-sama di dalam bilik tetamu”. Dedah Peter Lawford lagi. Helikopter keluarga Kennedy sering mendarat di pantai berhadapan rumah Lawford di Santa Monica’s Gold Coast, sebuah kawasan di Los Angeles (LA). JFK telah banyak menghabiskan masa di situ dengan menjalinkan hubungan sulit bersama bintang filem tersebut hinggakan ia digelar Rumah Putih cawangan Barat.




Sekarang tiba giliran Bobby. “Hampir serta-merta hubungan tersebut menjadi semakin erat, dan mereka mula berjumpa secara kerap,” kata Lawford. Marilyn telah menumpukan perhatiannya kepada Bobby dan mula menghubungi Jabatan Keadilan bagi mendapatkan Peguam Negara tersebut di dalam talian. Beliau kini sedang hangat bercinta dengan Bobby, yang berjanji akan mengahwininya dan meninggalkan isterinya, Ethel, menurut Lawford, walaupun adik-beradik Kennedy itu ‘bertukar-tukar Marilyn seperti bola’ dan membuatkan dia berasa seperti seketul daging.

Akan tetapi ketika Bobby mula menjauhkan diri, Marilyn telah mengugut Bobby untuk mengadakan sebuah sidang akhbar dimana dia akan mendedahkan kesemua hubungan sulitnya bersama JFK dan Bobby dan segala rahsia merbahaya yang dia tahu mengenai keluarga Kennedy dan yang telah ditulisnya ke dalam sebuah diari kecil yang disembunyikan.


Bobby berkeras untuk mengetahui di mana diari tersebut disimpan. “Kami perlu tahu!”, jeritnya kepada Marilyn, menurut Lawford. Marilyn enggan memberitahu. Tindakan pertama Bobby adalah menghubungi Dr. Greenson, doktor psikitarik Marilyn, yang juga sering meniduri Marilyn dan mengarahkan doktor tersebut mendedahkan hubungan sulit itu kepada umum.







Lawford mengetahui tentang hubungan sulit Marilyn bersama Greenson apabila dia mendengar pita yang dirakamkan oleh alat rakaman yang disembunyikan di dalam rumah Marilyn oleh FBI. “Oleh sebab itu Greenson telah digunakan oleh Bobby untuk menguruskan Marilyn”… tulis penulis. Pendedahan itu bakal menamatkan karier Greenson dan juga boleh menyebabkan dia dipenjarakan. Tetapi Marilyn tidak mempunyai niat untuk memberitahu hubungan sulitnya dengan doktor tersebut. Bobby telah membuatkan doktor itu berfikir sebaliknya.

Bobby telah membuat lawatan terakhirnya ke rumah Marilyn di Brentwood pada petang 4 Ogos, 1962 bersama Lawford yang duduk di luar untuk minum segelas champagne berhampiran kolam manakala Bobby bercakap dengan Marilyn. Ia bertukar menjadi satu pertengakaran selama 10 minit dimana Marilyn yang semakin histeria dan mengugut bahawa, pada pagi Isnin, dia akan mengadakan sidang media dan mendedahkan segalanya – membuatkan Bobby menjadi berang.

Bobby menuntut supaya tiada lagi panggilan dan surat dari Marilyn. Tidak sanggup menerima kenyataan ditinggalkan, Marilyn mula menjerit, mencapai sebilah pisau dan meluru ke arah Bobby. Lawford, yang kembali ke dalam rumah kerana kekacauan tersebut, menyambar lengan Marilyn dan menjatuhkan pisau tersebut. “Bobby fikir kami perlu memanggil Dr. Greenson ke situ,” kata Lawford. Jiran Marilyn ternampak Bobby pergi dan kembali lewat petang itu bersama dua orang pengawal keselamatan peribadinya dari Skuad Gangster yang terkemuka di LAPD yang melakukan aktiviti haram untuk LAPD tanpa sebarang rekod.

Salah seorang pengawal tersebut menembak Marilyn di bawah lengan dengan menggunakan intramuscular pentobarbital (Nembutal) untuk menenangkannya – setelah dia dicampak ke lantai oleh Bobby, yang membuat kenyataan kepada doktor yang didakwa oleh penulis sebagai satu pengesahan bahawa Bobby dan Lawford berada di dalam rumah tersebut.



Ketika Marilyn tidak sedarkan diri, Bobby dan Lawford mengeledah seluruh rumah bagi mencari diari kecil bewarna merah tersebut. Suntikan Nembutal tersebut tidak cukup kuat untuk menenangkan Marilyn untuk masa yang lama “lalu dua orang pengawal LAPD tersebut memegang Marilyn, menanggalkan semua pakaiannya, dan memberikannya suntikan yang mengandungi diantara 13 hingga 19 Nembutal dan 17 chloral hydrates.” Dan ia berhasil, lalu mereka menyambung misi mencari diari tersebut.




Kennedy, Lawford, bersama dua orang pengawal tersebut meninggalkan kawasan kejadian pada pukul 10.30 malam dan salakan anjing Marilyn, Maf, yang tidak berhenti-henti telah menimbulkan syak pembantu rumahnya, Eunice Murray dan anak lelaki Murray, Norman Jefferies yang datang untuk menyiasat apa yang berlaku. Mereka menemui Marilyn terbaring di atas katil dengan kepalanya terkulai di bucu katil di dalam kotej tetamu dan terus menghubungi ambulan. Puan Murray mengesyaki dia mengambil dos berlebihan.

Atendan Ambulan Schaefer, James Edwin Hall adalah yang pertama tiba di tempat kejadian kira-kira tengah malam dan meletakkan Marilyn di atas lantai seterusnya memberikannya urutan jantung diatas dada yang bertutup. “Dia berbogel. Tanpa selimut, tanpa cadar. Tiada gelas air kelihatan. Tanpa alkohol… Kami mendapati nafasnya semakin singkat, nadinya sangat lemah dan pantas dan dia tidak sedarkan diri pada ketika itu,” kata Hall.

Meja di sebelah katilnya mengandungi botol-botol pil yang bertutup kemas. Tiada air, tiada alkohol. “Semasa saya menghampiri Marilyn, saya perasan – tiada tanda muntah, luarbiasa bagi kes terlebih dos yang mana seperti yang diberitahu oleh Murray… tiada sebarang bau ubat keluar dari mulutnya, yang meruapakan simptom lazim jika mengambil dos berlebihan”. Ini seterusnya menafikan sebarang teori yang menyatakan bahawa dia menelan 64 biji pil dalam cubaan membunuh diri.





Hall memulakan urutan jantung secara dalaman dan membuatkan Marily bernafas kembali. Dia melakukan pengudaraan dengan tiub plastik yang bersih yang dimasukkan ke dalam kerongkongnya manakala seorang lagi atendan, Liebowitz berlari ke ambulan bagi mendapatkan alat bantuan pernafasan. Ketika itu, seorang lelaki muncul di muka pintu. Dia adalah Dr. Greenson yang dengan tegas berkata, “saya doktor Marilyn. Berikan dia tekanan yang postif”. “Saya berfikir di dalam hati, apa masalah awak? Saya ada mesin di sini yang dapat membantu. Mengapa enggan gunakannya?” Kata Hall yang mengingati kembali peristiwa tersebut.

Hall menanggalkan mesin bantuan pernafasan dan memasukkan tiub lain ke laluan penafasan. Doktor tersebut menekan perut Marilyn di tempat yang salah semasa Hall meniup ke dalam tiub tersebut. “Saya tahu sesetengah doktor tidak biasa dengan situasi kecemasan tetapi lelaki ini berpengalaman. Kemudian dia bercakap sendirian, “saya akan lakukan persembahan yang baik”. Saya tak akan melupakan kata-kata tersebut. “

“Jom bergerak, kata saya. “Awak boleh membantunya di belakang ambulan”. “Masa semakin suntuk dan saya ingin menyelamatkan Marilyn.” Doktor tersebut membuka begnya dan mengambil keluar jarum suntikan yang berjarum kira-kira sekaki panjangnya. “Dia mengeluarkan cecair daripada botol yang bepenutup getah dan memenuhkan jarum suntikan itu. Dia meraba tulang rusuk Marilyn seperti seorang amatur. Dia kemudiannya menusuk jarum tersebut ke dada Marilyn. Tetapi ia tidak masuk dengan betul. Ia tersangkut di tulang, di atas salah satu tulang rusuknya”, kata Hall.

“Dia tidak mencuba lagi, sebaliknya dia hanya menekan, pipinya bergetar akibat usahanya itu. Dia menekan dengan kuat dan memasukkan jarum jauh ke dalam melalui tulang rusuk Marilyn, menghasilkan bunyi yang kuat ketika tulang itu patah. Saya tahu dia merosakkan tulang rusuk tersebut. Saya telah banyak menyaksikan prosedur perubatan dan lelaki ini sangat kejam.”


James Hall telah bekerja untuk Schaefer Ambulance selama beberapa tahun. Ayahnya, Dr. George E. Hall adalah merupakan pakar bedah Baverly Hills dan bekas ketua pekerja hospital LA. Ibunya pula adalah jururawat pembedahan. Manakala, Pak ciknya, John Nance Garner, merupakan Timbalan Presiden di bawah Franklin D. Roosevelt. Dia merupakan seorang saksi yang sangat boleh dipercayai berhubung pembunuhan tersebut. Liebowitz, seorang lagi ambulan yang menyaksikan pembunuhan tersebut, tidak pernah bersuara.

Bukan pemandu ambulan tersebut sahaja yang menjadi saksi kepada suntikan tersebut yang berkemungkinan menjadi suntikan maut. Peter Lawford kelihatannya kembali ke tempat kejadian, bersama sarjan polis LA, Marvin Lannone, yang ditempatkan di rumah Marilyn atas arahan daripada Bobby.

Penyiasat persedirian, Fred Otash, yang telah meletakkan perakam di dalam rumah Marilyn atas permintaan Lawford yang suka mendengar perbualan berbaur seks, terdengar Lannone dan Lawford bercakap di dalam pita tersebut pada pukul 11.55 malam tersebut, dedahnya kemudian. “Terdapat lima saksi kepada pembunuhan Marilyn Monroe, tulis penulis tersebut. “Tiga daripada lima orang tersebut (Lawford, dan dua atendan ambulan, Hall dan Liebowitz) menyatakan bahawa Dr. Ralph Greenson adalah bertanggungjawab.


“Saya percaya Marilyn telah dipindahkan (daripada kotej tetamu ke bilik tidur utama) supaya kelihatan seperti membunuh diri”, kata Hall. Juga, Marilyn ditemui dalam keadaan tertiarap di atas katil. Selepas kematian, darah di dalam badan akan menuju ke arah bahagian graviti yang paling bawah. Dalam posisi ini, darah yang berkumpul akan menutup segala kesan (jarum atau sebaliknya) di hadapan badan,” menurut Hall.

Koroner LA pada waktu itu, Dr. Thomas Noguchi, yang telah melakukan bedah siasat, menyatakan bahawa dia melihat ke segenap tubuh mayat dengan menggunakan kanta pembesar dan tidak menemui sebarang kesan jarum suntikan.



Jurnalis gambar majalah Life, Leigh Wiener telah merasuah kakitangan rumah mayat daerah dengan sebotol whiskey supaya dapat masuk ke dalam rumah mayat bagi mengambil gambar mayat Marilyn beberapa jam selepas kematiannya. Tubuhnya menunjukkan sianosis, bewarna kebiruan atau sedikit ungu yang konsisten dengan suntikan jarum. “Anda akan nampak sedikit warna kebiruan di seluruh tubuhnya, begitulah apa yang saya nampak apabila saya melihatnya,” katanya. Chief William Parker, ketua polis di LA, rapat dengan Bobby Kennedy. Jadi dia enggan menjalankan penyiasatan sepenuh masa untuk kes Marilyn, satu penutupan yang amat mengejutkan.

Kolumnis Hollywood, May Mann, yang mewawancarakan dan menulis mengenai bintang untuk beberapa dekad, telah melaporkan mengenai apa yang dia rasakan sebagai siasatan yang tidak cekap dalam menyiasat kes kematian mengejut Marilyn apabila dia menerima panggilan daripada Chief Parker. “Dia berkata menulis cerita seperti itu tidak baik untuk kesihatan saya,” katanya. Kes tersebut mula bertukar dingin. Penyiasat Mike Rothmiller menulis “unit ini (OCID) yang telah menjalankan siasatan sulit ke atasa kematian Marilyn. Mereka mempunyai kuasa untuk merosakkan kehidupan dan reputasi – atau menjadi penjaga. Inilah apa yang mereka lakukan terhadap penyiasatan Marilyn… mereka melindungi nama baik dinasti Kennedy.”



Lady May Lawford, ibu Peter Lawford, mengesahkan bertahun kemudian bahawa Bobby berada di pekan itu pada malam kematian Marilyn. Helikopter miliknya telah diletakkan di pantai berhadapan dengan rumah Peter walaupun dinafikan olehnya. Penyiasat persendirian Fred Otash mengesahkan bahawa FBI dan CIA telah memasang alat mendengar di dalam rumah Marilyn dan ejen FBI melaporkan kepada J. Edgar Hoover bahawa Bobby ada di dalam rumah bersama dua orang lagi yang dikenali oleh Bobby dan Hoover.

Jiran Hoover, Anthony Calomatis muncul bertahun kemudian dan menyatakan bahawa Hoover telah memberitahunya bahawa Marilyn telah dibunuh tapi dia enggan menahan Bobby. Dia menggunakan pengetahuan mengenai pembunuhan tersebut untuk memeras ugut peguam negara itu bagi menjamin kedudukannya sendiri sebagai ketua FBI. Pihak berkuasa akhirnya memutuskan kematian Marilyn sebagai membunuh diri dan diari kecil berwarna merah itu tidak pernah dijumpai.








0 comments:

Post a Comment


Blog Archive

google-site-verification=UIIQk8hKReg9aDe9WrgxXxVavyJYB0E6JwZuqmRWhYQ